Translate in your language

Kamis, 16 Oktober 2014

Tari Nusantara



A.       Jenis Karya Seni Tari Tunggal Nusantara
Nusantara adalah nama lain dari Indonesia yang terdiri atas berbagai pulau dan suku. Seni dan budaya yang diciptakan seirama dengan banyaknya pulau dan beragamnya suku. Ada Pulau Jawa, Bali, Sumatra, Sulawesi, Papua, dan Sebagainya. Dalam satu pilihan terdapat bermacam-macam suku.
1.    Pengertian Tari Nusantara
Tari Nusantara sebenarnya adalah tari hasil kebudayaan lokal, suku, kepulauan, atau daerah tertentu. Tari Bali, Tari Sunda, Tari Sumatra, dan tari dari daerah lain semuanya diakui sebagai kekayaan Nusantara. Pada saat pertunjukan di dalam negeri (Indonesia), tarian daerah merupakan identitas dari etnis atau suku masing-masing. Akan tetapi, ketika tampil di mancanegara, tarian itu diakui sebagai tari Nusantara, tarian Indonesia, atau tarian nasional negara Indonesia.
2.    Fungsi Tari Nusantara
Tari merupakan salah satu bentuk ekspresi yang diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya. Tarian  yang diciptakan di Nusantara pada dasarnya adalah salah satu bentuk perwujudan pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani, baik material maupun spiritual. Ada tari yang diciptakan untuk diciptakan  untuk sarana upacara ritual, sakral, atau berhubungan dengan unsur magis. Ada tari yang diciptakan untuk tontonan biasa atau hiburan. Ada juga diperuntukkan untuk media dakwah, pendidikan, atau penerangan. Ada yang untuk tujuan komersial, dan ada yang hanya sebagai ungkapan rasa atau pencerminan jiwa.
3.    Jenis Karya Seni Tunggal
Jenis karya seni tari di Nusantara sangat beragam serta memiliki banyak keunikan. Dari Sabang sampai Merauke tersebar jenis-jenis tarian yang diciptakan dan berkembang di wilayahnya masing-masing. Dalam perkembangannya, tarian tersebut tersebar dan diapresiasi oleh seluruh warga Nusantara. Akhirnya, tarian itu dikenal sebagai salah satu kekayaan budaya Nusantara. Sebagai contoh, Tari Merak dari Jawa Barat. Karena pengaruh alat komunikasi dan transportasi, tarian itu tersebar luas dan dikenal di wilayah Jawa, Sumatra, Bali, dan daerah lainnya, bahkan ke mancanegara.
Tari merupakan alat ekspresi dan sarana komunikasi sang pencipta tari (koreografer) dengan penonton atau penikmat seni. Dari sekian banyak tarian yang diciptakan, ada tarian yang merupakan ungkapan pernyataan dan ekspresi gerak yang berhubungan dengan realitas kehidupan, perilaku seseorang ataupun gerak-gerik hewan. Oleh karena itu, tidak sedikit tarian yang diciptakan seorang koreografer merupakan penggambaran watak atau pernokohan-pernokohan yang diambil dari kehidupan nyata.
Penyajian seni tari didasarkan pada jumlah penari pada waktu tarian diciptakan. Tari dapat disajikan secara tunggal, berpasangan ataupun kelompok. Tari tunggal merupakan bentuk tarian yang ditarikan secara individual (seorang diri), baik laki-laki maupun perempuan. Tari tunggal menggambarkan tokoh atau karakter secara individual, baik manusia maupun tokoh cerita hewan.
Sebagaimana bentuk penyajian tari lainnya, tari tunggal dapat diamati dari beberapa unsur berikut :
*        Wiraga, yaitu peragaan atau sikap dan dari seluruh tubuh organ raga atau tubuh yang dirangkai sesuai dengan gaya dan karakter yang dibawakan seorang tokoh. Sebagai contoh, penggambaran sikap dan gerak dari tokoh atau karakter dari Gatotkaca akan berbeda dengan penggambaran karakter Arjuna.
*        Wirahma, yaitu ketukan atau irama dan dinamika perpindahan sikap dan gerak yang di bawakan selaras dengan karakter yang di pertegas musik iringannya.
*        Wirasa, yaitu ekspresi raut muka atau mimik yang menggambarkan jiwa dan emosi, serta watak dari tokoh yang dibawakan.
*        Wirupa, yaitu perupaan yang memberikan kejelasan karakter tari yang dibawakan, baik warna, busana, maupun rias yang disesuaikan dengan penokohannya.
Penyajian tari tunggal di beberapa daerah di wilayah Nusantara mempunyai kemiripan, khususnya dalam penyajian tarian yang diambil dari kisah pewayangan. Hal ini disebabkan adanya pengaruh dari cerita Ramayana dan Mahabarata.
a.    Tari Gatotkaca Gaya Priangan
Tokoh Gatotkaca, atau lebih dikenal dengan nama Purabaya, adalah salah satu tokoh wayang yang menjadi idola masyarakat di Pulau Jawa pada umumnya, dan Priangan pada khususnya. Tokoh Gatotkaca dikenal sebagai seorang ksatria tangguh, jujur, amat setia, dan berani berkorban jiwa raga demi membela negara dan bangsanya. Oleh karena itu, pantaslah jika ia diangkut oleh para petinggi Amarta atau Pandawa menjadi seorang senopati yang amat diandalkan.
Tari Gatotkaca ini menggambarkan ketika Gatotkaca ngalanglang nagara amarta atau tengah memeriksa keadaan negara Amarta. Karakternya termasuk monggawa lungguh.
Tari Gatotkaca termasuk tari tunggal. Musik yang mengiringi tarian ini menggunakan gending bendrong dalam bentuk lagu gurudugan yang berpola irama cepat, lagu saliwet yang berpola irama sedang dan lagu ageung gunungsari yang berpola irama lambat.
Bentuk visual yang melengkapi ciri khas Tari Gatotkaca ini adalah tata rias dan busananya. Rias yang menonjolkan garis-garis wajah meliputi alis cagak, jambang mecut kandel, di pipi pasu damis, kumis baplang cagak, dan codo janggot. Kelengkapan busananya terdiri atas gelang kaki, dan celana sontog. Pinggang dililit dengan dodot satria, benten, soder payun, (depan), dan soder pengker (belakang).
b.    Tari Jayengrana
Jayengrana adalah nama julukan Amir Hamzah yang terdapat dalam cerita atau serat menak. Cerita ini merupakan hasil karya budaya sastra Islam yang terkenal dengan judul Wong Agung Menak Jayengrana. Adapun bagian dari cerita ini antara lain sebuah kisah ketika tokoh Hamzah melakukan kegiatan penyebaran agama Islam ke berbagai pelosok daerah yang dikuasai oleh kerajaan-kerajaan tertentu. Sewaktu melakukan kegiatannya di wilayah Kerajaan Kanjun, Amir Hamzah ternyata harus berperang karena rajanya menentang aktivitasnya itu. Peperangan itu akhirnya tidak dapat dielakkan lagi.
Jayengrana yang berasal dari kata jaya ing rana, Jaya berarti menang, Ing berarti dalam, Rana berarti perang. Oleh karena itu, isi tariannya mengungkapkan kebanggaan dan kegembiraan tokoh Amir Hamzah setelah memenangi peperangan melawan Raja Kanjun. Karakter dari Tari Jayengrana termasuk ksatria ladak.
Berdasarkan bentuk penyajian, tari ini termasuk tarian tunggal. Adapun unsur karawitan yang menginginkan tarian ini menggunakan satu macam bentuk gending, yaitu lagu saliwet tumenggungan yang berpola irama sedang.
Rias yang paling menonjol berfokus pada garis-garis wajah, yaitu titik tengah kening terlukis pasung, alis masekon, jambang mecut, kumis satria, dan di bibir bagian bawah terlukis cedo satria. Kemudian, busananya terdiri atas gelang kaki, calana sontog, sinjang dodot satria, dan benten melingkari pinggang, soder payun, soder pengker, dan keris terselip di pinggan. Di antara soder payun teruntai tali uncal. Di atasnya ada hiasan boro atau tutup rasa, serta di sisi-sisinya ada hiasan anak boro atau samir.
c.    Tari Arimbi
Arimbi atau Dewi Arimbi adalah tokoh perwayangan yang terdapat dalam galur Mahabarata, termasuk Bharatayuda. Dia muncul juga sebagai tokoh utama dalam carangan yang berjudul Brajamusti. Semula Arimbi berwujud Danawa Puteri karena orangtua dan saudaranya pun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar