Translate in your language

Minggu, 12 Oktober 2014

Drama Dedap Durhaka

Konon pada zaman dahulu hiduplah seorang wanita miskin dengan anak laki-lakinya yang bernama si Lancang. Mereka berdua tinggal di sebuah gubuk reot disebuah negeri yang bernama Kampar. Ayah si Lancang telah lama meninggal dunia. Emak lancang bekerja menggarap ladang orang lain, sedangkan si Lancang menggembalakan ternak tetangganya.
Pada suatu hari Lancang benar-benar mengalami puncak kejenuhan. Dia sudah bosan hidup miskin. Dia ingin merantau dan mengumpulkan uang yang banyak agar menjadi orang kaya.

Lancang              : Lancang tak tahan lagi hidup miskin, lancang mau merantau Mak !
Emak                 : Apa ? Mau merantau ?, Aduh..., macam manaya nak ?
Lancang              : Ayolah Mak...! Izinkan lancang merantau Mak!
Emak                 : Baiklah Lancang...Kau boleh merantau, tetapi..Jangan lupa Emak kau ni! Jika kau nanti sudah jadi orang kaya, segeralah balik!
Lancang              : Benar Emak mengizinin ?
Emak                 : Iya...
Lancang              : Wah, terima kasih ya mak! Terima kasih! Nanti saya akan menjadi orang kaya raya! Dan saya tidak mau bekerja sebagai pengembala yang membosankan itu!
Emak                 : Hhh.....
Lancang              : Jangan bersedih mak Lancang tak akan melupakan Emak, Jika sudah kaya, Lancang pasti pulang mak!
Emak                 : Baiklah nak, besok pagi-pagi sekali kau boleh berangkat! Nanti malam, mak mau membuat lumping dodak untuk kau makan di perjalanan nanti.


Keesokan Harinya....

Lancang              : Mak, Lancang pamit... Do’akan Lancang ya mak!
Emak                 : Iya Lancang, Emak pasti akan mendoakanmu selalu! Ni lumping dodak untuk bekal perjalanan mu!
Lancang              : Terima Kasih ya mak...Lancang pergi...Assalamualaikum!
Emak                 : Walaikumsalam! Hati-hati ya nak!

Bertahun-tahun sudah Lancang Merantau. Akhirnya dia menjadi pun menjadi pedagang kaya. Dia memiliki puluhan kapal dagang dan ratusan anak buah. Istri-istrinya pun cantik-cantik dan berasal dari keluarga kaya pula. Sementara emak si Lancang hidup miskin seorang diri di kampungnya.
Suatu hari, mau mengajak istri-istrinya untuk pergi berlayar ke Andalas.

Lancang              : Wahai istri-istriku! Saya mau mengajak kalian untuk pergi berlayar ke Andalas!
Istri 1 & 2           : Hah? Benar kakanda?
Lancang              : Iya
Istri 1                 : Wah! Ni pasti akan menyenangkan! Kakanda, bolehkah kami membawa perbekalan yang banyak?
Istri 2                 : Iya Kakanda, kami mau berpesta pora diatas kapal.
Lancang              : Tentu! Bawalah perbekalan sebanyak yang kalian mau!
Istri 1 & 2           : Terima Kasih Kakanda!

Istri – istri Lancang membawa begitu banyak perbekalan, mulai dari makanan hingga alat musik untuk berpesta. Mereka juga membawa kain sutra dan perhiasan yang banyak.
Sejak berangkat dari pelabuhan, seluruh penumpang kapal si Lancang berpesta pora. Mereka bermain musik dan bernyanyi sepanjang pelayaran. Hingga akhirnya kapal si Lancang merapat di Sungai Kampar, kampung halaman si Lancang.

ABK 1                 : Hoi…! Kita sudah sampai!
Ustadzah            : Wah! Si Lancang rupanya! Dia sudah jadi orang kaya!
Siamang              : Megah betul kapalnya! Syukurlah jika dia masih ingat kampung halamannya ni!
Ustadzah            : Sebaiknya kita beritahukan kedatangan Lancang ni kepada Emaknya! Beliau sudah begitu lama menunggu kedatangan si Lancang.
Siamang              : Betul Ustadzah! Mari kita beritahukan!

  
Di rumah si Lancang…

Ustdzh & siamang : Assalamualaikum!
Emak                 : Wa’alaikumsalam! Oh, Ustadzah dan Siamang! Mari, silakan masuk!
Ustadzah            : Tak usah Mak, terima kasah. Kami kemari cuma mau memberitahukan tentang kepulangan si Lancang!
Siamang              : Iya Mak! Lancang sudah balik, dan dia sudah menjadi orang kaya!
Emak                 : Betul tu? Alhamdulillah…! Akhirnya balik juga si Lancang! Terima kasah atas kabarnya ya! Saya nak menemui Lancang dulu!
Ustadzah            : Mari kami antar Mak!
Emak                 : Ya, terima kasah banyak.


Sesampainya di kapal…

Emak                 : Subhanallah! Megah betul kapal ni! Saya nak naik dan menemui Lancang!
ABK 1                 : Hai wanita buruk! Janganlah kau naik ke kapal ni! Pergi dari sini!
Emak                 : Tapi… Aku adalah Emak si Lancang…
ABK 2                 : Hah?! Mustahil Tuan Lancang punya emak macam kau! Pergi kau!
Lancang              : Apa perkara ni?! Ribut betullah kalian!
ABK1 & 2            : Ampun Tuanku…
ABK 2                 : Begini Tuan… Wanita tua ni mau naik ke kapal dan dia juga mengaku-ngaku sebagai ibu dari Tuanku.
Istri 1                 : Hah?! Benarkah wanita tua ni adalah ibu Kakanda?
Istri 2                 : Mengapa selama ni Kakanda tak pernah menceritakan tentangnya?
Lancang              : Bohong! Dia bukan ibuku! Usir dia dari kapalku!
Emak                 : Oh, Lancang anakku! Aku adalah emakmu, Lancang!
Lancang              : Manalah mungkin aku punya emak tua dan miskin macam kau!
Siamang              : Apalah cakap kau ni Lancang! Beliau ni adalah emak kau! Tak sepantasnya kau bicara macam tu pada emak kau!
Ustadzah            : Istighfar Lancang! Istighfar!
Lancang              : Diam kalian! Jangan ikut campur urusanku! Dasar orang – orang kampung! Kelasi! Cepat usir mereka semua tu dari kapalku!    
ABK1 & 2            : Pergi! Pergi kalian dari sini!
Emak                 : Astaghfirullah!




Sesampainya di rumah Lancang…

Siamang              : Masya’Allah! Kami tak menyangka Lancang nak menjadi macam tu!
Ustadzah            : Iya… Mak, yang sabar ya… Kami permisi dulu ya Mak.
Ustdzh & Siamang : Assalamualaikum!
Emak                 : Waalaikumsalam! Terima kasah ya… (Emak lalu mengambil lesung dan nyiru pusaka sambil berdo’a…)
Emak                 : Ya Allah… Si Lancang telah kulahirkan dan kubesarkan… Namun setelah kaya… Dia tak mau mengakuiku sebagai emaknya… Ya Allah, tunjukkan padanya kekuasaan-Mu…!

Dalam sekejap tiba-tiba angin topan berhembus dengan kencang. Petir menggelegar menyambar kapal si Lancang. Gelombang Sungai Kampar menghantam kapal si Lancang hingga hancur berkeping – keping. Semua orang di atas kapal tu berteriak kebingungan, sementara penduduk berlarian menjauhi sungai.

ABK 2                 : Akh! Ada apa dengan kapal ni?!
ABK 1                 : Aaaakh…!
Istri 1                 : Ya Allah! Ade apa ni?!
Istri 2                 : Astaghfirullah!
Lancang              : Emaaak…! Si Lancang anakmu pulang! Maafkan aku Mak…! Maafkan aku…!

Barang-barang yang ada di kapal si Lancang berhamburan dihempas badai. Kain sutra yang dibawa si Lancang dalam kapalnya melayang - layang. Kain tu lalu berlipat dan bertumpuk menjadi Negeri Lipat Kain yang terletak di Kampar Kiri. Sebuah gong terlempar dan jatuh di dekat gubuk Emak si Lancang di Air Tiris, menjadi Sungai Ogong di Kampar Kanan. Sebuah tembikar pecah dan melayang menjadi Pasubilah yang letaknya berdekatan dengan Danau si Lancang. Di danau itulah tiang bendera kapal si Lancang tegak tersisa. Bila sekali waktu tiang bendera kapal si Lancang tu tiba-tiba muncul ke permukaan danau, maka pertanda akan terjadi banjir di Sungai Kampar. Banjir itulah air mata si Lancang yang menyesali perbuatannya karena durhaka kepada Emaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar