Translate in your language

Selasa, 29 Maret 2016

Kewirausahaan

Pengertian Kewirausahaan
Pengertian kewirausahaan secara umum adalah kewirausahaan adalah suatu proses dalam mengerjakan sesuatu yang baru atau kreatif dan berbeda (inovatif) yang bermanfaat dalam memberikan nilai lebih.
Menurut Drs. Joko Untoro bahwa kewirausahaan adalah suatu keberanian untuk melakukan upaya upaya memenuhi kebutuhan hidup yang dilakukan oleh seseorang, atas dasar kemampuan dengan cara manfaatkan segala potensi yang dimiliki untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Dalam buku Entrepreneurial Finance oleh J.Leach Ronald Melicher bahwa kewirausahaan adalah sebuah proses dalam mengubah ide menjadi kesempatan komersial dan menciptakan nilai (harga) "Process of changing ideas into commercial opportunities and creating value"
Dalam buku Entrepreneurship: Determinant and Policy in European-Us Comparison bahwa kewirausahaan adalah proses mempersepsikan, menciptakan, dan mengejar peluang ekonomi "process of perceiving, creating, and pursuing economic opportunities". Akan tetapi dikatakan dalam buku tersebut, bahwa proses dari kewirausahaan itu sendiri sulit untuk diukur.
Menurut Bapak Eddy Soerianto Soegoto bahwa kewirausahaan atau entrepreneurship adalah usaha kreatif yang dibangun berdasarkan inovasi untuk menghasilkan sesuatu yang baru, memiliki nilai tambah, memberi manfaat, menciptakan lapangan kerja dan hasilnya berguna bagi orang lain.
Pengertian kewirausahaan menurut Ahmad Sanusi (1994) kewirausahaan adalah suatu nilai yang diwujudkan dalam perilaku yang dijadikan sumber daya, tenaga penggerak, tujuan, siasat, kiat, proses, dan hasil bisnis.
Pengertian kewirausahaan menurut bapak Soeharto Prawiro (1997) adalah suatu nilai yang dibutuhkan untuk memulai usaha dan mengembangkan usaha.
Pengertian kewirausahaan menurut Drucker (1959) bahwa kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.
Pengertian kewirausahaan menurut Zimmerer (1996) adalah suatu proses penerapan kreativitas dan keinovasian dalam memecahkan persoalan dan menemukan peluang untuk memperbaiki kehidupan usaha.
Pengertian kewirausahaan menurut Siswanto Sudomo (1989) Kewirausahaan atau entrepreneurship adalah segala sesuatu yang penting mengenai seorang wirausaha, yakni orang yang memiliki sifat bekerja keras dan berkorban, memusatkan segala daya dan berani mengambil risiko untuk mewujudkan gagasannya.

Faktor Penyebab Keberhasilan dan Kegagalan Berwirausaha
Sebelum merintis usaha baru ada baiknya calon pengusaha mengetahui faktor-faktor keberhasilan dan kegagalan usaha yang akan ditekuninya. Dengan mengetahui faktor keberhasilan dan kegagalan usaha maka calon pengusaha dapat membuat suatu rencana untuk mengantisipasi dan menindaklanjuti apabila terjadi hal-hal di luar perencanaan semula.
1.    Keberhasilan Wirausaha
a.    Faktor-Faktor Pendukung Keberhasilan Wirausaha
Ada beberapa pendukung keberhasilan wirausaha, di antaranya :
1)   Faktor manusia.
2)   Faktor keuangan.
3)   Faktor organisasi.
4)   Faktor mengatur usaha.
5)   Faktor pemasaran.
b.    Langkah-Langkah untuk Menjadi Wirausahawan yang Sukses di antaranya :
1)   Ada visi dan tujuan yang jelas.
2)   Bersedia untuk mengambil risiko uang dan waktu.
3)   Terencana dan terorganisir.
4)   Kerja keras sesuai dengan tingkatan kepentingannya.
5)   Mengembangkan hubungan yang baik dengan karyawan, pelanggan, pemasok, dan lainnya.
6)   Hal-hal yang membuat usaha atau bisnis meraih kesuksesan.
Menurut W . Keith Schilit, ada 8 hal yang membuat usaha atau bisnis meraih kesuksesan atau keberhasilan, yaitu :
1)   Peluang pasar yang baik.
2)   Keunggulan persaingan.
3)   Kualitas barang/jasa.
4)   Inovasi yang berproses.
5)   Dasar budaya perusahaan.
6)   Menghargai pelanggan dan pegawai.
7)   Manajemen yang berkualitas.
8)   Dukungan modal yang kuat.
2.    Kegagalan Wirausaha
a.    Faktor-Faktor Penyebab Kegagalan Wirausaha
Seperti telah di kemukakan sebelumnya, bahwa keberhasilan atau kegagalan wirausaha sangat tergantung pada kemampuan pribadi wirausaha. Zimmerer mengemukakan beberapa faktor-faktor yang menyebabkan wirausahawan gagal dalam menjalankan usaha barunya, yaitu :
1)   Tidak kompeten dalam manajerial. Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
2)   Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan teknik, kemampuan memvisualisasikan usaha, kemampuan mengoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan menginterasikan operasi perusahaan.
3)   Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan dalam memelihara aliran kas akan menghambat operasional perusahaan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
4)   Gagal dalam perencanaan. Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
5)   Lokasi yang kurang memadai. Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
6)   Kurangnya pengawasan peralatan. Pengawasan erat kaitannya dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan dapat mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
7)   Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha. Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang di lakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal adalah besar.
8)   Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan. Wirausahawan yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, maka ia tidak ada jaminan untuk menjadi wirausahawan yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa di peroleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.
b.    Faktor-Faktor yang Membuat Seseorang Mundur dari Wirausaha
Selain faktor-faktor yang membuat kegagalan kewirausahaan, Zimmerer mengemukakan beberapa potensi yang membuat seseorang mundur dari kewirausahaan, yaitu :
1)   Pendapatan yang tidak menentu.
2)   Kerugian akibat hilangnya modal investasi.
3)   Perlu kerja keras dan waktu yang lama.
4)   Kualitas kehidupan yang tetap rendah meskipun usahanya mantap.
c.     Alasan Utama Kegagalan Usaha Baru
Alasan utama kegagalan usaha baru antara lain :
1)   Pengetahuan pasar yang tidak memadai.
2)    Kinerja produk yang salah.
3)   Usaha pemasaran dan penjualan yang tidak efektif.
4)   Adanya persaingan.
5)   Keusangan produk yang terlalu cepat.
6)   Waktu memulai usaha baru yang tidak tepat.

Sikap Kerja Prestatif
A.  MEMAHAMI PENTINGNYA KERJA PRESTATIF
1.    Pengertian Kerja Prestatif
Seorang wirausaha harus berbuat dan bekerja prestatif. Prestatif artinya seorang wirausaha selalu berambisi ingin maju (Ambition Drive). Ciri khusus perilaku kerja prestatif adalah ingin selalu maju di segala bidang.
Wirausaha yang kerjanya secara prestatif, memiliki kegemaran dan kegilaan pada pekerjaan usahanya atau bisnisnya. Di sini seorang wirausaha memiliki komitmen tinggi terhadap pekerjaannya atau tugasnya dan setiap saat pikirannya tidak lepas dari usahanya atau bisnisnya.
2.    Tujuan dan Manfaat Kerja Prestatif
a.    Tujuan Kerja Prestatif
Adapun tujuan menerapkan sikap dan perilaku kerja prestatif, yaitu:
1)             Menunjukkan perhatian atas keharmonisan dalam organisasi perusahaan.
2)             Menunjukkan pengertian dan kebutuhan, tujuan keinginan, dan ide-ide usaha.
3)             Meningkatkan komunikasi timbal balik yang baik dengan staf dan karyawan.
4)             Mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab, serta mendorong inisiatif dan inovatif.
5)             Menciptakan suasana kerja sama dalam organisasi perusahaan.
6)             Meningkatkan keuntungan perusahaan.
7)             Meningkatkan efisiensi dalam bekerja.
8)             Meningkatkan motivasi dalam bekerja.
9)             Meningkatkan kreativitas dan inovatif.
10)         Mengembangkan ide-ide yang lebih produktif.
11)         Meningkatkan kesadaran tentang kemampuan dan kekuatan mengelola usahanya.
12)         Suatu dorongan kesadaran tentang kemampuan dan kekuatan mengelola usahanya.
b.    Manfaat Kerja Prestatif
1)             Meningkatkan kelancaran proses produksi, distribusi dan konsumsi.
2)             Meningkatkan sikap tanggap terhadap perubahan usahanya.
3)             Meningkatkan prestasi kerja lebih efektif dan efisien di dalam mengelola usahanya.
4)             Meningkatkan prestasi kerja lebih kreatif, inovatif dan fleksibel.
5)             Meningkatkan prestasi kerja secara maksimal di dalam usahanya.
6)             Meningkatkan kerja keras dan menemukan pemecahan masalah usahanya.
7)             Meningkatkan kerja dengan penuh perhatian dan tanggung jawab.
8)             Mendorong untuk mencapai keberhasilan di dalam usahanya.
9)             Meningkatkan produktivitas dalam organisasi perusahaan.
10)         Meningkatkan keunggulan memotivasi di dalam usahanya.
11)         Meningkatkan komitmen tinggi terhadap kerjanya.
B.  PERILAKU KERJA PRESTATIF
Jenis dan perilaku kerja prestatif yang harus diperhatikan oleh para wirausaha untuk mencapai keberhasilan di dalam mengelola usahanya atau bisnisnya antara lain meliputi hal-hal berikut ini:
1.    Kerja Ikhlas
Kerja ikhlas adalah bekerja dengan bersungguh-sungguh, dapat menghasilkan sesuatu yang baik dan dilandasi dengan hati yang tulus. Contoh: Seorang buruh tani yang bekerja dengan upah yang pas-pasan, namun tetap bekerja dengan baik melaksanakan pekerjaan dengan tulus dan semata-mata merupakan pengabdian kepada pekerjaannya yang menghasilkan uang untuk keperluan hidup keluarga.
2.    Kerja Mawas Terhadap Emosional
Kerja mawas terhadap emosional adalah bekerja dengan tidak terpengaruh oleh perasaan/kemarahan yang sedang melanda jiwanya. Seorang pemilik perusahaan, di rumah mempunyai masalah dengan keluarganya. Di perusahaannya, ada pegawainya yang melakukan kesalahan. Maka sebagai pemimpin atau pemilik usaha harus dapat membedakan masalah pribadi dengan masalah pekerjaan. Cara pemecahan masalahnya harus tetap rasional dan tidak emosional.
3.    Kerja Cerdas
Kerja cerdas adalah bahwa di dalam bekerja harus pandai memperhitungkan risiko, mampu melihat peluang dan dapat mencari solusi sehingga dapat mencapai keuntungan yang diharapkan.
Perilaku/sikap cerdas dalam melakukan pekerjaannya menggunakan teknologi yang tepat, menggunakan konsep hitung menghitung, memakai atau menggunakan bahasa global, pandai berkomunikasi dan pandai pula mengelola informasi.
4.    Kerja Keras
Kerja keras adalah dalam bekerja kita harus mempunyai sifat mampu kerja atau gila kerja untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai. Mereka dapat memanfaatkan waktu yang optimal sehingga kadang-kadang tidak mengenal waktu, jarak serta kesulitan yang dihadapi. Dalam bekerja mereka penuh semangat dan berusaha keras untuk meraih hasil yang baik dan maksimal.
5.    Kerja Tuntas
Kerja tuntas adalah di dalam bekerja mampu mengorganisasikan bagian usaha secara terpadu dari awal sampai akhir untuk dapat menghasilkan usaha sampai selesai dengan maksimal.
C.  PRINSIP CARA KERJA PRESTATIF
1.    Prinsip Umum Cara Kerja Prestatif
Pada dasarnya penerapan kerja prestatif sulit digeneralisasikan, karena sifat masing-masing calon wirausaha berbeda-beda. Namun, Siverman (1970) telah membuat prinsip-prinsip cara kerja prestatif secara umum yang sangat berguna, antara lain sebagai berikut:
a.    Proses perilaku kerja prestatif bila diperkuat dengan respons yang benar.
b.    Terdapat banyak macam perilaku kerja prestatif yang kesemuanya memerlukan proses dan latihan.
c.    Proses perilaku kerja prestatif bila dimengerti dan kurang berhasil jika dilakukan dengan menghafal.
d.   Persepsi kerja prestatif ditentukan oleh seberapa baik dan seberapa banyak dapat diserap dan dapat dilaksanakan.
e.    Kondisi motivasional dapat mempengaruhi kerja prestatif, bila pemberian hadiah dapat memajukan peranan penting di dalam bekerja.
f.     Pelaksanaan dalam berbagai bidang usaha atau bisnis, akan mendorong terciptanya perilaku kerja prestatif.
2.    Ciri-ciri Prinsip Kerja Prestatif
Prinsip kerja prestatif sangat tergantung pada kategori sebagai berikut:
a.    Dilligence (Kerajinan, kerja keras)
b.    Dedication (Pengabdian)
c.    Integrity (Keutuhan, watak)
d.   Responsiblenness (Rasa tanggung jawab)
e.    Carefullnes (Kehati-hatian)
f.     Versality (Keserbabisaan)
g.    Innovativeness (Daya pembaharuan)
h.    Cooperativeness (Semangat kerja sama)
i.      Eageerness to learn besides skill fullness (Hasrat untuk belajar dan kemahiran)
D.  MENERAPKAN PERILAKU KERJA PRESTATIF
1.    Asas Pembelajaran Perilaku Kerja Prestatif
Empat azss pembelajaran yang dapat ditetapkan dalam perilaku belajar kerja prestatif di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, di antaranya sebagai berikut
a.    Belajar teori kerja prestatif yang diperlukan bagi profesi kewirausahaan.
b.    Studi khusus adalah perilaku belajar kerja prestatif dari kejadian di bidang usaha atau bisnis dalam bentuk seminar-seminar.
c.    Magang adalah penerapan perilaku belajar kerja prestatif melalui pembuatan sesuatu. Bila mungkin, pembuatan sesuatu yang diakui berstandar tinggi.
d.   Dimasukkannya motivation training ke dalam program pendidikan kewirausahaan secara kerja prestatif.
2.    Komponen Perilaku Kerja Prestatif
Agar dapat efektif dan efisien membelajarkan diri sehingga dapat berkembang secara dinamis penerapan kerja prestatif, maka harus ditanamkan pemikiran. Beberapa komponen perilaku belajar di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, yaitu sebagai berikut:
a.    Pengajaran Unit
Dari adanya pengajaran unit, akan diperoleh perilaku penerapan kerja prestatif, di antaranya:
1)   Kerja prestatif membuat perencanaan usaha tahu bisnis.
2)   Kerja prestatif mengembangkan diri pribadi.
3)   Kerja prestatif memecahkan suatu permasalahan dalam berwirausaha.
4)   Kerja prestatif dalam magang di berbagai perusahaan.
5)   Kerja prestatif secara ilmiah dalam berwirausaha.
6)   Kerja prestatif mengembangkan sikap mental berwirausaha.
7)   Kerja prestatif menjual dunia kerja, serta perkembangan lingkungannya.
b.    Bersikap Dinamis
Bersikap dinamis sangat penting untuk penerapan perilaku kerja prestatif yang tadinya pasif dan statis menjadi dinamis dan terbuka. Begitu pula dinamis terhadap inovasi, kreatif dan melatih kepekaan hidup melalui berwirausaha.
c.    Aktivitas Belajar Kerja Prestatif
Menerapkan perilaku kerja prestatif (selalu ingin maju) dalam kehidupan keseharian di lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat, sekarang banyak para siswa yang tertarik dan melirik ke profesi wirausaha yang cukup menjanjikan suatu keuntungan. Para siswa di sekolah menyatakan bahwa mereka sangat menyenangi kegiatan berwirausaha. Untuk mengantisipasi berwirausaha, mereka mempersiapkan bekal berupa faktor sikap mental dan menguasai beberapa keterampilan yang dapat menunjang. Makin banyak keterampilan yang dikuasai oleh para siswa, maka semakin banyak peluang terbuka untuk membuka lapangan berwirausaha.
3.    Falsafah Menerapkan Sikap Kerja Prestatif
Agar dapat efektif dan efisien membelajarkan diri sehingga dapat berkembang secara dinamis penerapan kerja prestatif, maka harus ditanamkan pemikiran beberapa komponen perilaku belajar di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat, yaitu sebagai berikut:
a.    Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam hidup, harus banyak belajar tentang dirinya sendiri.
b.    Kegagalan berwirausaha harus diterima sebagai pengalaman.
c.    Kekuatan berwirausaha datangnya dari tindakannya sendiri, bukan dari tindakan orang lain.
d.   Risiko kegagalan selalu ada, tetapi para wirausaha harus menerimanya dan tanggung jawab.
e.    Adanya keberhasilan berwirausaha setelah mengalami kegagalan
f.     Harta terbesar untuk mempertahankan kemampuan wirausaha ialah adanya sikap positif di dalam berwirausaha.
g.    Prestasi total berwirausaha, ditentukan oleh sikap dan tindakan wirausaha sendiri.
h.    Kejarlah tujuan-tujuan yang berhubungan dengan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya.
i.      Terimalah apa adanya dan kurangilah kelemahan-kelemahannya.
4.    Perencanaan Menerapkan Perilaku Kerja Prestatif
Perencanaan menerapkan perilaku prestatif sebagai berikut:
a.    Masa Inkubasi
Kalau sudah ada bisnis yang cocok, ide-ide itu dibiarkan mengendap dulu. Dalam hal ini, tidak langsung dibuatkan rencana agar ide-ide bisnis itu semakin matang. Perencanaan akan semakin matang dan mantap andaikata dikerjakan secara prestatif.
b.    Analisis Sumber Perencanaan
Bila dilakukan dengan baik mengenai analisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, berarti telah mengandung bahan-bahan yang sangat penting untuk perencanaan penerapan perilaku prestatif di dalam bekerja.
c.    Sasaran, Realitas dan Menggairahkan
Selanjutnya sasaran perlu direnungkan, dibayangkan, dan diidamkan dengan sangat menarik, sehingga dapat menggairahkan niat wirausaha untuk menerapkan perilaku kerja prestatif. Pada umumnya terdapat dua macam kegiatan dalam merencanakan penerapan perilaku kerja prestatif, yaitu sebagai berikut:
1)   Kegiatan-kegiatan yang mencakup keahlian menggunakan waktu, tenaga kerja dan peralatan kerja.
2)   Kegiatan-kegiatan kerja yang mencakup aspek-aspek bisnis yang dianggap rutin. Hal ini meliputi menyiapkan laporan keuangan, memonitor, merevisi anggaran, mengelola arus produksi serta memasarkan produknya.
Penerapan perilaku kerja prestatif dalam kehidupan keseharian di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat merupakan kebutuhan yang sangat penting dan sangat mendesak. Oleh karenanya diperlukan berbagai kebijaksanaan yang menyeluruh, seperti pendidikan, keterampilan, kegiatan kerja, kerja ikhlas, kerja mawas terhadap emosional, kerja cerdas dan kerja tuntas.
Para siswa di sekolah yang mempunyai keahlian merupakan calon wirausaha yang berperilaku kerja prestatif dan mempunyai pendidikan formal. Adapun keahlian pokok yang perlu dimiliki para siswa sebagai calon wirausaha, yaitu:
1)   Keahlian mengenai penerapan kerja prestatif.
2)   Keahlian mengenai risiko persaingan.
3)   Keahlian mengurus manajemen usaha.
4)   Keahlian menawarkan produk.
5)   Keahlian berinovatif dalam produk.

6)   Keahlian berkreatif dalam usaha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar