Di daerah Riau sekarang pada 1723 M berdiri
kesultanan Islam Siak Sri Indrapura. Kesultanan ini didirikan oleh Abdul Jalil
Rahmat Syah (Raja Kecil), putra Sultan Muhammad II, penguasa Johor, Malaysia.
Kesultanan ini menjadi pusat penyebaran Islam di Sumatra Timur.
Abdul Jalil (Raja Kecil) digantikan oleh anaknya,
Abdul Jalil Muzaffar Syah (1746-1760). Pada masa pemerintahan Abdul Jalil
Muzaffar Syah ini, Kesultanan Siak berhasil melawan Belanda yang ingin
memonopoli perdagangan. Kesultanan Siak berhasil memenangkan peperangan ini dan
dapat memaksa Belanda mundur dari wilayahnya. Akan tetapi, pada peperangan yang
kedua pada 1858, Kesultanan Siak terpaksa menandatangani Traktat Siak. Isi
Traktat sangat merugikan Kesultanan Siak. Sebagian isinya adalah bahwa Belanda
mengakui otonomi Kesultanan Siak tapi Siak harus menyerahkan 12 daerah
taklukannya. Sejak ditandatangani Traktat Siak ini berangsur-angsur Kesultanan
Siak mengalami kemunduran.
Sultan terakhir Siak adalah Syarif Qasim II
(1908-1946). Sultan Syarif Qasim II mempunyai pandangan yang modern. Beliau
mendirikan sekolah dasar (HIS) pada 1915, Madrasah Al-Hasyimiyah pada 1917,
Latfah School (perempuan) pada 1926, dan Madrasah An-Nisa (perempuan) pada
1929. Sultan Syarif Qasim II pada 1946 menyerahkan sepenuhnya daerah
kesultanannya kepada pemerintah RI. Atas jasanya nama Sultan Syarif Qasim II
diabadikan menjadi nama IAIN Pekanbaru, Riau.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar